Oleh : Pirman
dakwatuna.com - Islam sebagai rahmat bagi semesta
merupakan paket lengkap yang tidak memerlukan tambahan sedikit pun. Ia
adalah sebuah ajaran multi dimensi yang bisa dipraktekkan di segala
bidang, di semua tempat. Ia ibarat rumah yang bisa memenuhi semua
kebutuhan penghuninya, bahkan ia bisa turut memfasilitasi orang-orang
yang berada di luar rumah itu.
Di dalam Islam, terdapat banyak
cara yang memang sudah Allah siapkan penganutnya mencapai kesuksesan
(kebahagiaan) di dunia, terlebih kesuksesan abadi di akhirat kelak.
Bahkan, hanya dengan melaksanakan satu cara saja, maka kesuksesan bisa
digenggam oleh seorang hamba yang benar dalam meyakini dan menjalaninya.
Tentunya, jika hal tersebut dilakukan dengan benar sesuai dengan apa
yang terdapat di dalam al-Qur’an dan hadits Rasul.
Salah satu cara
yang bisa ditempuh agar seorang hamba mendapatkan kesuksesan dunia dan
akhirat itu adalah Tawakal. Sebuah kata multi makna yang seringkali
disalahmaknai oleh umat Islam itu sendiri. Di mana tawakal sering
dipahami sebagai pasrah tanpa upaya. Hal inilah yang perlu diluruskan
agar umat Islam kembali memegang tampuk kekuasaan dunia guna menebarkan
kejayaan di semua bidang.
Disebutkan dalam sebuah riwayat oleh
Ibnu Hibban, bahwa ada seorang badui yang tidak mengikat untanya dengan
berdalih bahwa ia bertawakal. Lantas, sang nabi pun bersabda, “Ikatlah
untamu dan bertawakallah.”
Kita juga mendapati bahwa Rasulullah
dan Abu Bakar ash-Shidiq bersembunyi di gua Tsur saat dikejar
orang-orang kafir dalam peristiwa hijrah. Sedangkan jika mau, maka
beliau berdua bisa saja menampakkan diri karena keduanya dalam lindungan
Allah. Namun, persembunyian yang dilakukan oleh keduanya adalah satu
sarana ikhtiar yang kemudian dengannya mereka bertawakkal.
Di
dalam setiap peperangan pun demikian. Beliau memakai baju besi,
mempersiapkan senjata, bekal juga strategi sebagai wujud ikhtiar. Dan
selebihnya, kaum muslimin bertawakal. Menyerahkan semuanya kepada Allah.
Maka, tawakal adalah mengambil sebab yang diperintahkan kemudian
menyerahkan urusannya kepada Allah.
Ciri Keimanan
Iman
adalah kombinasi antara yakin, ucapan dan tingkah laku. Maka iman,
mempunyai bermacam ciri. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (QS al-Anfal
[8]:2)
Tawakal merupakan satu dari sekian banyak ciri keimanan
seorang hamba. Dalam banyak ayat, Allah juga berkali-kali menegaskan
bahwa yang bisa melakukan tawakal hanyalah orang-orang yang benar Islam
dan imannya.
Berkata Musa, “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada
Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang
yang berserah diri.” (QS Yunus [10]: 84) Tawakal, adalah bukti, apakah
keyakinan kita kepada Allah sekadar ucapan, atau benar adanya, “Karena
itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS Ali
Imran [3]:122)
Kunci Kesuksesan
Kesuksesan sejati
bagi seorang muslim yang mukmin adalah ketika mereka bisa meyakini Allah
di atas segalanya. Maka tawakal merupakan sebuah pengakuan tulus bahwa
manusia sejatinya memang lemah sedangkan Allah Maha Kuat atas segala
sesuatu. Sehingga, mereka menggantungkan semuanya kepada Sang Maha
setelah usaha yang dilakukan mencapai derajat maksimal.
Tawakal
adalah sebuah janji dari Allah. Bahwa siapa yang melakukannya, maka
Allah akan mencukupi kebutuhannya. Allah berfirman, “Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS ath-Thalaq [65]:3)
Dalam menafsirkan ayat
ini, Sayyid Quthb mengatakan, “Maka sikap bertawakal kepada Allah adalah
sikap bergantung dan berserah diri kepada kekuasaan Allah Yang Maha
Kuasa dan kekuatan yang Maha Perkasa, yang Maha Berkehendak atas apa
yang diinginkanNya, yang Maha Menyempurnakan atas apa yang
dikehendakiNya.
Terkait tawakal sebagai cara agar semua kebutuhan
tercukupi, Umar bin Khaththab mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah
dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadamu
sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada burung yang berangkat pagi
hari dalam keadaan lapar lalu pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.
(HR Tirmidzi, hadits hasan)
Burung yang pergi mencari makan di
pagi hari tidaklah membawa bekal apa-apa. Hanya berbekal insting, mereka
terbang dari satu tempat menuju tempat lainnya. Dan karena upayanya
itu, karena geraknya itu, Allah memberikan mereka anugerah rezeki yang
tak terhingga sehingga ketika sore menjelang, tembolok mereka sudah
penuh dengan makanan yang Allah berikan.
Agar Tidak Diganggu Setan
Sayangnya,
dalam proses menuju kepada kesuksesan itu, setan sebagai satu-satunya
musuh abadi umat manusia tidak akan pernah diam. Bahkan, dalam banyak
riwayat disebutkan bahwa setan akan mencari masa sebanyak-banyaknya
untuk diajak masuk ke dalam neraka jahannam. Hebatnya, mereka sudah
diberi otoritas oleh Allah untuk menggoda manusia agar tersesat dengan
berbagai cara, dalam setiap kondisi, di sepanjang kehidupan hingga
kiamat terjadi.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa mendekatkan
diri kepada Allah agar terlindung dari godaan setan yang terkutuk.
Dalam sebuah ayat disebutkan bahwa tawakal merupakan jalan yang dijamin
oleh Allah. Bahwa ketika kita melalui jalan tersebut, setan tidak akan
bisa mengganggu kita. “Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya
atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.” (QS
an-Nahl [16]:99)
Dicintai Allah dan Dijamin Surga
Dalam
proses perjalanan spiritual seorang hamba, dicintai Allah merupakan
tujuan yang tidak bisa ditawar lagi. Bahkan, kaum sufi seringkali
mengatakan bahwa surga yang didapatkan pun akan sia-sia belaka ketika
cinta dari Allah tidak mereka dapatkan. Maka dicintai Allah, adalah
harga mati agar nikmat yang diberikan, di dunia atau akhirat, berupa
senang atau susah, bisa menjadikan seorang hamba makin dekat denganNya.
Karena kedekatan dengan Allah merupakan salah satu indikasi apakah
seseorang dicintaiNya, atau sebaliknya.
Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran
[3]:159). Dalam ayat ini Allah menegaskan. Bahwa tawakal merupakan salah
satu jalan yang bisa ditempuh bagi siapa saja yang ingin dicintai oleh
Allah. Dalam ayat ini, tawakal juga berkedudukan sama dengan taqwa,
ikhlas dan aneka amal shalih lainnya, di mana pelakunya bisa mendapatkan
ganjaran dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Maka, ketika
Allah sudah mencintai seorang hamba, penduduk langit dan bumi pun akan
berbondong-bondong mencintai hamba tersebut. Sehingga surga yang Allah
janjikan, akan diberikan kepada siapa yang dicintaiNya. Dari Abu
Hurairah, Nabi bersabda, “Beberapa kaum yang hatinya seperti burung
(bertawakal), akan masuk surga” (HR Muslim). Sedangkan dalam hadits lain
disebutkan, “Surga akan dimasuki oleh 70.000 orang tanpa hisab. Mereka
adalah orang-orang yang tidak membakar dirinya dengan besi, tidak minta
dijampi-jampi, tidak merasa sial karena adanya sesuatu dan bertawakal
kepada Tuhannya.” (HR Bukhari)
Yang perlu dicatat, bahwa tawakal
dilakukan setelah ikhtiar manusiawi dilakukan dengan sempurna. Kemudian
kita menyerahkan semuanya kepada Allah yang Maha Kuasa. Semoga kita
termasuk dalam kalangan orang-orang yang bertawakal kepada Allah.
Sehingga kesuksesan di dunia dan akhirat akan Allah berikan kepada kita.
Aamiin. Wallahu A’laam bish-Showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar